Parang bungkul - Kalimantan Selatan (olx.co.id)
Gulma berkayu mampu tumbuh tinggi sehingga mampu bersaing untuk merebutkan cahaya dan juga unsur hara, selain itu juga akan mengganggu pergerakan atau mobilitas kita dalam areal perkebunan.
Kondisi kebun yang banyak anak kayu juga mempengaruhi pekerjaan lainnya seperti panen akan menyulitkan kegiatan potong buah maupun mengeluarkan TBS ke TPH. Pada kebun milik perusahaan, tenaga panen pun akan terbentuk pola pikir yang tidak baik yaitu terpikir bahwa kebun terkesan tidak terawat dan tidak dikontrol maka kualitas panen pun akan menurun karena toh tidak dikontrol juga oleh pimpinan.
Maka dari itu anak kayu sangat perlu di kendalikan, teknis pengendaliannya mempertimbang kerapatan dan ketinggian gulma.
Jika ketinggian gulma tidak memungkinkan untuk dilakukan penyemprotan maka perlu di lakukan pemotongan yang umumnya disebut tebas atau tebas anak kayu. Ketinggian anak kayu yang layak ditebas yaitu jika tinggi anak kayu jika dilakukan semprot sudah membahayakan tenaga semprot atau semprot anak kayu tidak efektif lagi.
Selain ketinggian, kerapatan perlu dipertimbangkan serta luasan yang perlu ditangani. Jika dalam luasan kecil maka sebaiknya di lakukan dongkel saja begitu juga kerapatan sangat jarang juga di sebaiknya dilakukan dongkel.
Kesimpulannya areal layak tebas jika kondisi gulma cukup tinggi, rapat dan areal cukup luas.
Pertanyaan selanjutnya berapa tinggi anak kayu ditebas dari permukaan tanah, untuk menjawab ini adalah dengan memperhitungkan kecepatan tenaga semprot/jumlah tenaga semprot tersedia serta cuaca. Artinya begini semakin cepat kita bisa semprot setelah tebas dan gulma dalam masa aktif dalam pertumbuhannya maka anak kayu dapat dilakukan tebas layang atau sekitar 50 - 60 cm dari permukaan tanah.
Seandainya anak kayu lambat akan disemprot maka dapat dilakukan tebas mepet dengan tanah untuk memberikan waktu yang cukup lama sekitar 2 - 3 bulan untuk selanjutnya di follow up dengam semprot anak kayu.
PERSIAPAN
1. Lokasi
Dalam perkebunan kelapa Sawit lokasi yaitu pada blok/petak mana yang akan di kerjakan.
2. Luasan
Jika dikerjakan full block maka memakai luasan block, namun jika rencana dikerjakan hanya sektoral maka luasan diestimasikan dengan seakurat mungkin luasan yang akan dikerjakan. Ini mempengaruhi jumlah tenaga, bahan dan target waktu yang harus disiapkan.
3. Tenaga kerja
Didasarkan luasan dan prestasi yang diharapkan maka dapat diketahui total keperluan tenaga kerja. Jika rencana dibuat per bulan maka perlu diketahui keperluan jumlah tenaga kerja per hari. Yaitu total jumlah tenaga kerja di bagi hari kerja efektif per bulan.
Norma prestasi TK per hari kerja tergantung kerapatan gulma yang akan dikerjakan. Tidak bisa dipatok terkecuali telah melihat kerapatan gulma.
Diupayakan tenaga cukup kuat dan sehat. Laki-laki atau perempuan tidaklah masalah, semua ada kelebihan dan kekurangan.
4. Peralatan
Sangat mempengaruhi prestasi yang dikerjakan, maka perlu diperiksa alat yang dibawa tenaga apakah parang cukup panjang dan tajam.
PENDELEGASIAN
Yaitu pelimpahan tugas kepada tenaga kerja dan mandor. Maka dalam pendelegasan perlu disampaikan :
1. Tujuan tebas anak kayu.
2. Lokasi dikerjakan
3. Teknis pelaksanaan tebas anak kayu
4. Arah kerja
5. Pengawasan yang efektif
6. Hal hal lain yang mungkin terjadi
7. Kaitan dengan K3 - APD dan car kerja aman.
PELAKSANAAN
1. Pastikan lokasi kerja sesuai rencana
2. Arah kerja sistematis
3. Jumlah Tenaga sesuai saat absensi pagi.
4. Alat kerja yang tepat dan cukup tajam
5. Hasil kerja yang baik yaitu tebasan sesuai target, hasik tebasan diukur dari tanah.
6. Kayu eks tebasan tidak di piringan atau pasar pikul.
7. Prestasi kerja sesuai norma
PENGAWASAN
1. Posisi pengawas berada pada posisi yang efektif
2. Ada terdengar instruksi atau arahan ke tenaga
3. Tanyakan ke mandor kendala yang dihadapi
PELAPORAN
1. Absensi tenaga kerja /jumlah tenaga
2. Lokasi kerja
3. Prestasi atau luasan dikerjakan
4. Keterangan dapat isi dengan informasi lokasi kerja, cuaca, ketebalan dan tinggi gulma.
EVALUASI
Dari data laporan yang dibuat oleh Mandor dan kontrol lapangan maka dapat dianalisa
" Apakah prestasi telah sesuai harapan baik kuantitas maupun kualitas " jika belum sesuai harapan maka pertanyaannya :
1. Apakah tenaga sesuai dengan pekerjaan/capable
2. Alat yang gunakan ?
3. Jam kerja ?
4. Arah kerja sesuai arahan ?
5. Pengawasan cukup efektif ?
6. Apakah cara kerja perlu di koreksi atau ada alternatif lain ?
7. Solusi atas kendala yang dihadapi
Demikian sedikit pengetahuan yang bisa kami bagikan, semoga bermanfaat. Selamat bwkerja untuk rekan-rekan pelaku perkebunan. Moga dunia persawitan Indonesia makin berkualitas dan bersaing. Majulah Indonesiaku. Salah khilaf mohon maaf. Terima kasih.
Berbagi itu asyik.
Comments
Post a Comment