Sebelumnya saya perlu gambarkan mengapa pekerjaan imas perlu dilakukan. Oke, lahan yang akan kita buka dalam pembangunan perkebunan Kelapa Sawit berasal dari Hutan Sekunder yang vegetasinya adalah pohon kayu hutan dengan diameter > 10 cm.
Untuk membuka areal yang seperti tersebut diatas maka teknis baku selama ini yaitu pohon yang berdiameter < dari 10 cm dipotong terlebih dahulu kemudian dilanjutkan dengan pemotongan kayu berdiameter > 10 cm.
Pemotongan pohon berdiameter >10 cm menggunakan chain saw, operator perlu areal yang cukup luas untuk keamanan bekerja. Dan juga jika pohon yang tinggi ditebang lebih dahulu dan roboh kearah pohon yang lebih kecil maka pemotongan pohon lebih kecil tadi sulit dilakukan dan akhirnya saat pekerjaan simpuk masih adanya pohon yang tidak bisa disimpuk atau kualitas land clearing tidak bagus.
Jadi Imas adalah penebangan atau pemotongan semua semak- semak, tanaman perambat, dan anak kayu diameter < 10 cm dipotong < 20 cm dari tanah. Dan tujuannya adalah untuk memberi akses bagi team penebang kayu.
Bagaimana jika kita buka lahan yang hanya perdu saja. Saya sendiri pernah buka lahan dengan kondisi seperti itu, saya coba dengan 2 alat berbeda. Dengan Excavator dan bulldozer, masing-masing punya kelebihan. Dengan excavator, top soil aman tapi prestasi kerja kecil. Bulldozer prestasi oke tapi top soil banyak terdorong karena gulma belum di tebas.
Selanjutnya saya coba di tebas/imas dan dilanjutkan dengan simpuk dengan dozer, lebih mahal dan waktu kerja lebih lama karena tebas kan manual tapi top soil aman.
Maka saya sarankan gunakan excavator lebih murah dan tanah lebih aman.
Kembali ke imas diareal hutan dengan pohon > 10 cm.
Pekerjaan ini biasanya borongan atau dikerjakan oleh kontraktor. Namun jika luasan kecil biasanya dikerjakan harian. Tidak perlu repot menyiapkan pekerjaan jika dengan borongan tapi pengawasan harus ketat dan jumlah team imas harus diperhitungkan agar team tebang tidak sempat menunggu.
Berikut jika semua harus kita siapkan.
1. Tenaga kerja
Jumlah tenaga kerja dihitung dari target luas dikerjakan per hari/ prestasi.
Output tenaga kerja tergantung kerapatan pohon yang akan ditebas/imas.
Jika imas akan diborongkan lakukan kalibrasi dengan dikerjakan secara harian dan cost per ha di turunkan 20%, mengingat kualitas borong dan harian tentu beda.
2. Pengawas
Pada awal pembukaan lahan kita ketahui situasinya cukup panas, lokasi yang sepi dihutan, jauh dari hiburan dan fasilitas minim. Tenaga kerja cukup mudah tersulut emosinya.
Carilah pengawas dengan kemampuan komunikasi yang baik dalam pengarahan baik sebelum dan sedang berlangsungnya pekerjàan.
Serta mempunyai keberanian dan tegas.
Normanya yaitu 1 pengawas : 10 tenaga kerja.
3. Alat kerja
Parang yang cukup tajam dan mampu menebang kayu. Panjang dikisaran 50 - 70 cm, kalau kependekan bisa prestasi kecil dan jika kepanjangan tenaga cepat lelah.
Untuk Tenaga borong alat disiapkan oleh tenaga/pemborong sedangkan dalam sistem harian tergantung kebijakan perusahaan.
Batu asah harus dibawa ke lapangan, jika perlu siapkan air untuk mengasah.
Pastikan parang hanya untuk menebang pohon dan perdu lainnya, bukan untuk yang lainnya.
4. Pelaporan
Dalam sistem borong prestasi atau luasan dikerjakan dibantu oleh team GIS karena biasanya BAP perlu peta dan luasan yang terukur.
Sedang pada harian tidak perlu diukur namun luasan blok yang dikerjakan sesuai dengan luasan blok pada areal statement. Sangat diperlukan data Jumlah tenaga, lemburan dan premi prestasi jika ada.
Untuk analisa pekerjaan perlu dilihat apakah prestasi dan kualitas apakah telah sesuai target, cost/ha dan kecepatan kerja.
Demikian bahasan imas semoga manfaat. Trims
Daftar isi block ------ Click disini.
Berbagi itu asyik.
Comments
Post a Comment