Water Management

Air adalah salah satu sumber kehidupan, tanpa air makhluk hidup tak akan bertahan lama. Begitu pulan dengan kelapa Sawit yang banyak memerlukan air untuk mendukung kehidupannya, batang kelapa sawit sendiri mayoritas adalah air. Dan dikatakan di banyak buku bahwa kelapa sawit dapat tumbuh baik dengan curah hujan 2000 - 3000 mm per tahun dengan penyebaran hari hujan sepanjang tahun, iklim adalah sesuatu hal diluar kendali kita oleh karena itu diperlukan upaya untuk mengelola air.

Tujuan water management

Yaitu untuk mengatur ketinggian air di suatu areal perkebunan sesuai dengan batas toleransi bagi tanaman. Pertanyaannya adalah bagaimana kita mengetahui ketinggian permukaan air yang baik bagi tanaman, pengukuran untuk monitoring tinggi permukaan air sangat diperlukan pada areal dimana terdapat tanah dengan lapisan pirit. Permukaan air diupayakan berada diatas lapisan pirit untuk menghindari terbentuknya asam sulfat  yang sangat membahayakan tanaman.

Pizeometer

adalah alat untuk memonitor ketinggian permukaan air tanah. 
Cara pembuatannya adalah sebagai berikut : 
  • Terbuat dari pipa PVC berdiameter 3” dengan panjang 180 cm.
  • Ujung pipa dibagian bawah ditutup dengan bahan yang mudah ditembus air
  • Dinding pipa sepanjang 100 cm dibuat lubang-lubang kecil dengan diameter 5 mm. 
  • Pipa ditanam dengan kedalaman 150 cm dan sisa 30 cm berada di atas permukaan tanah. 
  • Mistar (dari kayu ringan/bambu) berukuran 200 cm dengan dasar kayu diberi gabus (agar bisa mengapung). Mistar tersebut dibuat skala yang dimulai dari perbatasan ujung pipa yang tidak tertanam (angka nol) 
  • Mistar dimasukkan dalam pipa paralon dan ditutup dengan penutup yang mempunyai lubang ditengahnya sehingga mistar bisa bergerak naik turun. 
  • Ketinggian air permukaan tanah dapat langsung diketahui sesuai angka yang berada sejajar dengan permukaan paralon yang tidak tertanam. 
  • Pengamatan dilakukan seminggu sekali (4 kali sebulan). Apabila ketinggian air dalam blok turun > 70 cm pintu bendungan segera ditutup. 
  • Untuk satu blok (30 ha) diperlukan 2 unit Pieziometer. 1 unit berada 250 m dari jalan utama sebelah Selatan dan 1 unit lagi berada 250 m dari jalan Utama sebelah Utara. 
  • Untuk memudahkan pengamatan dan pemeriksaan, disarankan Pieziometer diletakkan di jalan kontrol dengan jarak seperti di atas, dan dibuatkan tanda petunjuk lapangan.

Macam-macam Parit / Drainase

Dalam postingan membuat membuat blok / Blocking telah kami jelaskan bahwa saat pembuatan jalan diareal rawa peninggian badan jalan menggunakan tanah dari hasil galian parit Collection dan parit Main, Kita akan perjelas lagi macam-macam parit dan maksud tujuan dibuat.
Prinsip yang kita pakai dalam sistem drainase yaitu membuat parit / aliran air untuk mengarahkan air dari dalam block dengan parit sirip ikan kemudian dikumpulkan didalam parit collection selanjutnya air masuk ke parit utama / main dan air mengarah ke arah sungai / laut dengan parit outlet. Sehingga tinggi permukaan air dalam kebun sesuai dengan yang kita harapkan.
Kita awali penjelasan macam-macam parit dari dalam block yaitu :

1. Parit Sirip Ikan

Ada yang menyebutnya parit subsidiary atau field drain, posisinya berada dalam block atau tepatnya di gawangan mati, dibuat memanjang sesuai baris kelapa sawit yaitu barat - timur. Tujuannya yaitu memperlancar / mempercepat keluarya air dalam block ke arah parit pengumpul atau parit collection. Intensitas parit di sesuaikan volume air yang akan dikeluarkan, jika tergenang sepanjang tahun maka di buat 2 : 1 artinya dua baris kelapa sawit dibuat 1 parit sirip ikan. Jika areal tegenang sepanjang musim hujan maka dibuat 4 : 1 dan jika hanya tergenang saat / setelah hujan saja maka dibuat 8 : 1.

Lebar parit sirip ikan yaitu bagian atas = 1 m dan bagian bawah 0,75 m dan kedalaman parit antara 0,7-0,5 m. Pembuatannya menggunakan alat berat excavator.

Dalam pembuatan parit mulailah dari sisi paling rendah ke arah sisi paling tinggi karena bertujuan memudahkan operator untuk mengetahui air mengalir dengan lancar. Pembuatan parit sirip ikan dibuat belakangan, dan idealnya adalah sebelum tanam.

Tanah galian dari parit sirip ikan dapat dimanfaatkan untuk pematang/pasar pikul dan tapak timbun.

Kondisi areal yang berair tentunya tanah di dalam blok lembek dan berbahaya bagi excavator untuk itu excavator dalam bekerja berpijak pada kayu (mating) agar excavator tidak tenggelam dam lumpur. Kayu yang digunakan yaitu kayu log, kayu hutan dengan besar yang cukup mampu menahan alat berat, jumlah kayu serta panjangnya tergantung alat yang di gunakan apakah PC 50, PC 100 atau 200. Semakin besar alat yang digunakan semakin besar dan panjang kayu diperlukan.

Berbagai hal yang menjadikan parit sirip ikan tidak berfungsi sebagaimana mestinya  :

  • Pendangkalan, diakibatkan karena air yang bercampur lumpur. Mau tidak mau parit harus di cuci atau dibuat dalam lagi.
  • Gulma, dari yang saya temuo selama ini yaitu rerumputan, pakis, gelagah dan anak kayu. Solusinya yaitu dengan mengendalikan gulmanya baik manual maupun kimiawi.
  • Gulma diatas biasanya tumbuh di pinggir dan akan semakin ketengah parit sehingga menghambat aliran air.
  • Yang paling mengganggu laju aliran air yaitu gulma yang tumbuh di dalam pait seperti purun tikus, teratai, enceng gondok dan kangkung. Gulma ini tidak bisa dikendalikan secara kimiawi karena posisinya di dalam air. Pengalaman saya, kalau sedemikian parah maka dicuci dengan alat berat, kalau sedang dan ringan di tarik manual dan gulma dinaikkan ke darat.
  • Pada areal TM, penyusunan pelepah yang tidak dilakukan dengan baik dimana pelepah sebagiannya masuk dalam parit tidak diambil dan disusun ditempatbyang ditentukan.  Atau juga bisa pelepah sudah disusun pada tempat yang ditentukan tapi belum sempurna kualitasnya yaitu ujung pelepah atau pangkal pelepah masuk dalam parit sirip ikan.
  • Penyusunan pelepah yang baik yaitu pelepah dipotong menjadi dua bagian dan disusun diantara pokok dengan lebar susunan maksimal 3 m. Susunan tidak boleh masuk dalam parit, piringan dan pasar pikul.
  • Ditemukaj juga dilapang parit sirip ikan yang tersumbat oleh buah sawit yang dipanen dan jatuh ke dalam parit dan tidak diambil oleh pemanen, ini fatal sekali karena sudah mengganggu fungsi parit juga kualitas panen yang tidak baik. Untuk itubsecepatnya dilakukan tindakan management kepada mandor dan tenaga panen.
  • material-material lain yamg dapat menyumbat / mengurangi fungai parit harus segera di tangani. Boleh dikatakan parit merupakan alat vital bagi perkebunan di areal rawa.
Untuk parit lainnya nyambung di postingan selanjutnya. Terima kasih.

Berbagi itu asyik.

Comments