Serangan hama Tikus di perkebunan Kelapa Sawit sangat merugikan karena tikus dapat menyerang kelapa Sawit mulai dari pembibitan hingga tanaman tua. Pengendalian hama tikus secara alami dapat menggunakan burung Hantu atau Tyto Alba namun jika kondisi serangan telah mencapai kategori sedang atau berat berdasarkan hasil sensus serangan hama Tikus maka tindakan pemasangan racun Tikus (Rodentisida) perlu dilakukan.
Jenis-jenis racun tikus
Racun pertama yang pernah dipakai untuk pemberantasan hama
tikus adalah zinko fosfida. Zinko fosfida merupakan racun chronis, yaitu tikus
cepat mati setelah makan umpan yang diberi racun tersebut, kadang-kadang mati
langsung waktu memakan beracun tersebut. Karena ini efektifitas racun zinko
fosfida sangat terbatas karena apabila tikus lain melihat tikus lain mati dekat
makannya, tikus tersebut tidak mau lagi makan umpan tersebut.
Untuk mengatasi kejadian tersebut, ahli penelitian
menciptakan racun anti-coagulant yang diberi nama warfarin. Warfarin dicampur dengan makanan seperti jagung, dan
kepala ikan teri, kemudian dimasakan dengan lilin dan dibentuk menjadi butiran
segi empat. Sebagai cara kerja, warfarin mengakibatkan darah tidak membeku
apabila terjadi luka pendarahan. Tikus tidak mati langsung setelah makan racun
warfarin. Dengan ini tikus lain tidak dapat menghubungkan kematian tikus lain
dengan umpan yang mengandung warfarin. Pendarahan terjadi setelah tikus merasa
kehausan kemudian minum air. Karena ini kebanyakan tikus mati dekat sumber air
seperti di pinggir sungai, dipinggir kolan, dekat atau didalam tangki air, dll.
Selain warfarin, racun lain yang sama efektif adalah :
- Coumaklor
- Coumatetralyl
- Chlorofacinon
- Brodifakum (merk dagang : klerat, petrokum, Storm)
- Bromodiolon
Racun generasi kedua ini lebih kuat dari pada racun generasi pertama, yakni, warfarin. Dengan sedikitnya 2,2 g umpan racun yang mengandung 0,03 % brodifakum dapat mematikan seekor tikus dengan berat badan 200 g. kendalanya, racun generasi kedua kurang aman untuk hewan lain, khususnya musuh alamiah tikus seperti ular sawah, buruh elang atau burung hantu. Musuh alamiah tikus yang makan tikus yang terkena racun generasi kedua ikut mati.
Disebabkan kejadian monopoly dan kesulitan dalam persediaan racun warfarin, perkebunan kelapa sawit di Kalimantan terpaksa pakai racun generasi kedua untuk pertama kalinya.
SISTEM PEMASANGAN SEKUENSIAL
Sistem pemasangan racun tikus yang dipakai disebut system sekuensial, dimana untuk mencapai satu kali pemasangan lengkap, harus ada beberapa rotasi yang berurutan (dalam bahasa Inggirs : sequential) dengan interval pemasangan 7 hari untuk racun Brodifakum (4 hari untuk racun Warfarin). Pada umumnya satu kali pemasangan yang lengkap mencakup paling minim 4 rotasi pemasangan sekuensial, atau sampai % racun tikus yang telah dipasang hilang atau diambil itu turun di bawah 20 %.
Contoh yang berikut dapat menggambarkan system yang dimaksud :
PEMASANGAN RACUN TIKUS 1 ROTASI LENGKAP :
- ROTASI SEKUENSIAL 1 : 1.892 butir racun = 100 %
- ROTASI SEKUENSIAL 2 : 1.312 butir racun = 69 %
- ROTASI SEKUENSIAL 3 : 632 butir racun = 33 %
- ROTASI SEKUENSIAL 4 : 302 butir racun = 16 %
Dari contoh diatas, racun tikus dipasang kepada piringan kelapa sawit, yang telah ditentukan, Jadi jumlah racun yang dipasang pada Rotasi 1 merupakan pemasangan 100 %.
Rotasi 2 dilaksanakan 7 hari kemudian untuk menentukan populasi tikus yang ada. Racun yang telah dipasang pada Rotasi 1 apabila hilang atau dimakan, diganti dengan racun baru. Jumlah penggantian tersebut dihitung untuk mencari persentasenya, apbila tinggi berarti populasi tikus cukup tinggi. Pada contoh diatas persentase penggantian yang didapati adalah 69 %.
Rotasi 3 dilaksanakan 7 hari kemudian (untuk racun Brodifakum). Jumlah racun yang hilang atau diambil tikus diganti dengan racun baru, kemudian dihitung persentase penggantiannya. Pada contoh diatas, peresentase penggantian adalah 33 %.
Rotasi 4 dilaksanakan 7 hari kemudian (untuk racun Brodifakum). Jumlah racun yang hilang atau dimakan diganti dengan racun baru, persentase penggantian sudah menurun menjadi 16 %. Apabila telah mencapai % ini, pemasangan racun tikus tidak perlu dilanjuti untuk Rotasi 5, KECUALI diamati masih ada serangan baru.
Apabila persentase penggantian tidak menurun dibawah ambang ekonomis yang ditentukan, yaitu 20 %, setelah Rotasi 4, perlu diceking disektor yang dipasang racun tikus untuk menentukan :
- Apakah masih ada serangan yang baru ?
- Apakah racun tikus diambil/dimakan oleh binatang lain seperti babi, monyet, semut, dll.?
- Apakah racun tikus diambil manusia atau hewan pelihara ? khusus untuk TM, racun tikus kadang-kadang dipungut bersama brondolan oleh tenaga panen.
- Apakah racun tikus hanyut oleh air banjir ?
- Apakah salah system atau cara pemasangan racun tikus ?
- Apakah ada bau bangkai ?
Ambang ekonomis adalah batas yang diperkirakan cukup dari segi biaya untuk memasang racun tikus dan dari segi toleransi. Setelah mencapai % tersebut, apabila racun tetap diambil atau hilang tapi tidak ada gejala serangan tikus baru, berarti racun bukan diambil oleh tikus. Apabila demikian, tidak perlu dilanjuti pemasangan racun tikus.
Apabila racun tetap diambil atau hilang tetapi masih ada gejala serangan tikus baru, berarti masih ada tikus di tempat tersebut. Sebagai satu alternative untuk menangani kejadian ini, boleh dipasang umpan yang mengandungi zinko fosfida untuk membunuh sisanya populasi tikus yang ada kemungkinan mempunyai toleransi tinggi terhadap racun brodifakum. Untuk umpan zinko fosfida hanya satu kali pasang, tidak perlu diulangi. Karena zinko fostida merupakan racun akut yang sangat berbisa terhadap manusia dan hewan, racun tersebut harus diperlakukan dengan hati-hati.
Interval antara rotasi pemasangan sekuensial HARUS DIPAHAMI, yaitu 7 hari untuk racun Brodifakum. (4 hari untuk racun generasi 1 seperti warfarin). Apabila kurang tepat, ada kemungkinan racun yang ada pada tubuh tikus telah mulai dinetralkan oleh proses metabolism, dan salah satu efek sampingnya adalah kekebalah. Kekebalan tersebut tidak terjadi dalam jangka waktu yang singkat, tapi setelah jangka waktu yang panjang, khususnya pada beberapa generasi tikus mendatang.
Selain kekebalan, tujuan lainnya untuk pemasangan sekuensial yang berulang kali untuk meracuni tikus yang tidak kebagian racun yang telah dipasanga, dan untuk tikus yang baru pindah dari daerah lain.
Tikus adalah binatang yang mempunyai metabolisme yang tinggi. Walaupun sudah dikurangi populasinya lewat pemasangan racun tikus sekuensial, asisten lapangan harus senantiasa berwaspada terhadap serangan baru melalui tikus yang pindah dari daerah yang lain untuk mengisi sarang yang kosong.
Kondisi dan daya tahan racun tikus setelah diaplikasi dilapangan dapat berubah, tergantung beberapa factor seperti berikut :
1. Sinar matahari
Apabila terkena penyinaran matahari secara langsung, warnanya berubah setelah beberapa minggu jika tidak diambil tikus. Ada kemungkinan bahwa kadar bahan aktif racun akan berubah menjadi kurang efektif.
2. Suhu
Apakah terkena penyinaran matahari secara langsung atau tidak, suhu tinggi mengakibatkan pencairan lilin sebagai bahan pengikat racun tikus. Apabila tidak dimakan oleh tikus, racun tersebut mulai hancur setelah beberapa minggu dan menjadi kurang efektif.
3. Semut
Setelah aplikasi di lapangan kadang-kadang terjadi kerusakan racun tikus oleh aktivitas semut yang mengambil kandungan jagung yang ada pada racun tersebut.
PERENCANAAN Dan PELAKSANAAN PEMASANGAN RACUN TIKUS
- Tentukan areal yang akan dipasang racun tikus.
- Cek kondisi piringan kelapa sawit, apakah semak dengan gulma atau LCC. Apabila semak, piringan tersebut harus dibersihkan terlebih dahulu, jika tidak, akan mempersulitkan atau menghambat pemasangan racun tikus karena sulit dilihat dimana posisi racun tersebut untuk rotasi yang berikut.
- Pastikan bahwa stock racun tikus cukup, paling minim untuk 4 rotasi pemasangan sekuensial.
- Jumlah racun tikus yang akan dibawa ke lapangan sesuai dengan jumlah populasi yang akan dipasang ditambang 5 %,
- Alat kerja yang perlu dibawa (ember, kantong plastic, sabun, sarung tangan, pen, buku catatan, dll).
- Masalah, situasi atau kesulitan yang mungkin dihadapi, dan jalan keluarnya (guntungan, sungai, rendahan, banjir, semak, curam, dll).
- Apabila terjadi hujan, cara untuk penanganannya : antara lain, diamkan racun tikus dan dipasang tanda untuk tempat terkahir dipasang, jika terpaksa dihentikan pekerjaan tersebut.
CARA MEMASANG RACUN TIKUS DI LAPANGAN
ROTASI SEKUENSIAL Ke-1
1) Pasang racun tikus bari per baris.2) Pasang 1 butir racun tikus di piringan dengan jarak kurang lebih 10 cm dari batang kelapa sawit disisi pasar pikul untuk memudahkan kontrol.
3) Setelah selesai dipasang hitung sisa racun Tikus dipasang, dikurangkan jumlah racun dibawa maka diketahui jumlah racun terpasang.
ROTASI SEKUENSIAL Ke-2
Rotasi pemasangan sekuensial ke 2 dikerjakan 1 HARI (dengan toleransi 2 s/d 3 hari) setelah Rotasi ke-1 untuk menentukan populasi tikus. Apabila jumlah racun yang hilang atau dimakan oleh tikus tinggi berarti populasi tikus cukup tinggi, sebaliknya apabila jumlah racun tikus yang hilang atau dimakan tikus rendah, kemungkinan populasi tikus hanya sedikit.
Apabila racun tikus yang dipasang pada rotasi yang lalu hilang, atau lebih dari 50 % dimakan, diganti 1 butir racun baru.
Prosentase serangan serangan yaitu :
Jumlah racun tikus dipasang Rotasi ke-2 x 100
Jumlah racun tikus dipasang Rotasi ke-1
ROTASI SEKUENSIAL Ke-3
Rotasi pemasangan sekuensial ke-3 bermula 7 HARI setelah pemasangan ke-2 (dengan tolerasi : 6 s/d 8 hari).Apabila racun tikus yang dipasang pada rotasi yang lalu hilang, atau lebih dari 50 % dimakan, diganti 1 butir racun baru.
Presentase penggantian racun tikus dihitung dari :
Jumlah racun tikus dipasang Rotasi ke-3 x 100
Jumlah racun tikus dipasang Rotasi ke-1
ROTASI SEKUENSIAL BERIKUT
Kelanjutan rotasi aplikasi sekuensial yang berikut tetap mengikuti cara yang telah dijelaskan, sehingga :
1) Persentase penggantian racun tikus menurun dibawah 20 %
2) Tidak ada gejala serangan tikus yang baru.
Demikian pemasangan racun Tikus yang bisa dibagi, semoga bermanfaat. Terim kasih.
Berbagi itu asyik.
Comments
Post a Comment