Postingan kali ini saya bercerita tentang situasi pekerjaan kami yaitu kami sedang melakukan pembangunan perkebunan di sektor rendahan. Secara teknis kami harus membuat drainase atau water management yang baik untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Satu kebijakan management yaitu penanaman baru boleh dilakukan jika air dalam areal / lahan rencana perkebunan telah terkontrol.
Dan saat ini pekerjaan pembuatan parit Outlet, Main dan Collection telah selesai di kerjakan. Kondisi air dalam lahan telah jauh lebih surut dari posisi awal, namun dalam block belum terkendali sepenuhnya terlebih pintu air pun belum selesai di buat sehingga air pasang masih masuk dalam areal.
Sebagaimana judul postingan pembuatan parit sirip ikan sebelum tanam ini sangat menarik bagi kami karena biasanya kami selalu tanam terlebih dahulu baru di buat parit sirip ikan. Pembuatan yang lakukan setelah tanam akan menjamin posisi parit pasti benar yaitu diantara dua baris tanam. Dan jika dilalukan sebelum tanam akan meningkatkan resiko salah tempat yaitu parit dibuat bisa jadi terlalu dekat atau berada di jalur tanam karena kesalahan ajir/pancang parit.
Mengapa ajir/pancang parit bisa salah, hal ini dikarenakan :
- Salah ukuran
- Jarak pancang yang terlalu jauh sehingga parit dibuat menjadi mengular
- Batang ajir kurang tinggi
- Team ajir yang tidak terampil
- Kondisi lahan yang masih semak
- Operator excavator tidak terampil
Untuk itu sebelum persiapan pengajiran parit dilakukan pembersihan lahan karena kondisi lahan yang kami kerjakan vegetasinya pakis dan kayu-kayuan maka dilakukan tebas manual. Permasalahan yang timbul yaitu kita harus menyeimbangkan antara kecepatan team tebas, ajir dan excavator. Maksudnya kecepatan alat dalam pembuatan parit sirip ikan menjadi dasar target team ajir dan team tebas.
Berikut adalah contoh satu kasus dilapangan, prestasi alat berat dalam pembuatan parit adalah 30 m/HM. Dengan jam kerja10 Hm/hari maka prestasi alat berat per hari adalah 300 m. Jika parit di buat adalah 2 :1 maka 300 m parit adalah untuk 0,45 ha.
Untuk team ajir dan tebas ditarget minimal 0,5 ha atau lebih. Jika tebas dan ajir lebih kecil dengan prestasi alat menjadikan excavator habis pekerjaannya, sehingga alat di standbya kan. Standbynya alat harus di hindari terlebih jika alat berat rental dengan sistem adanya minimum HM, bisa kenal penalti/denda. Kerugian lain yaitu target dari sekedul pembukaan lahan menjadi terlambat dan biaya pembukaan lahan pun menjadi bertambah mahal.
Demikian yang bisa disampaikan, semoga manfaat.
Berbagi itu asyik.
kurang gambarnya Pak.
ReplyDelete